Jumat, 04 Maret 2016


Beredar Info Pengawet Mayat diDalam Mie


Pengawet Mayat diDalam Mie

Pengawet Mayat diDalam Mie


Jemari Nunik Wiharti bergerak lincah memindahkan remah-remah tahu putih dari cawan petri ke dalam tabung reaksi. Ke dalam tabung transparan itu pun beliau berturut-turut memasukkan air sulingan, polipropilen cair, & serbuk pereaksi. Sepertiga tabung pereaksi terisi campuran tersebut.

Pegawai pengujian Balai Akbar Pengawasan Obat & Makanan (POM) DKI Jakarta itu menyumbat ujung tabung dgn penutup plastik berwarna hitam. Tabung reaksi diayunkan ke atas & ke bawah memakai tangan dgn kapabilitas penuh. Campuran beralih jadi keruh. Sesudah dua menit menggoyang tabung reaksi, cairan yg semula berwarna putih beralih jadi ungu.

"Positif formalin," tutur Nunik terhadap tim Liputan6.com di laboratorium Balai Gede POM DKI Jakarta, Cilangkap, kepada Jumat, 26 Pebruari 2016 dulu.

Minggu dulu, Nunik ditugaskan menguji sample tahu yg dikumpulkan tim Liputan6.com dari empat pasar swalayan di Jakarta. Pengujian dilakukan buat menelusuri keberadaan zat kimia berbahaya tersebut terhadap makanan. Tidak Hanya Nunik, pengujian contoh dilakukan serta oleh tiga rekannya. Tiga rekannya yg menguji contoh tahu dari ruang tidak serupa tak menemukan keberadaan formalin.

Formalin ialah senyawa kimia yg terbentuk dari reaksi oksidasi metanol. Salah satu sifat formalin yaitu mematikan bakteri pembusuk. Sebab itu formalin tidak sedikit difungsikan yang merupakan pembersih lantai atau zat pengawet mayat.

Terkecuali tahu, pengujian pula dilakukan pada contoh anggur impor yg pula dijajakan di pasar swalayan. Akhirnya, dua dari empat contoh yg diambil dari pasar swalayan tidak sama positif mengandung formalin. Seseorang kawan Nunik mendadak cemas kepada hasil pengujian tersebut. "Padahal aku tidak jarang beli anggur di pasar swalayan ini," menurutnya bersama mimik wajah khawatir.

Tahu adalah bahan mentah buat pelbagai sajian keluarga Indonesia. Makanan yg berasal dari kedelai ini diproduksi di dalam negara & dipasarkan di pasar-pasar, termasuk juga pasar swalayan & pusat perbelanjaan. Adapun anggur yakni salah satu kategori buah yg dimakan keluarga Indonesia. Buah berbentuk bundar ini sebahagian agung didatangkan dari luar negara.

Kepala Balai Gede POM Jakarta Dewi Prawitasari tidak terperanjat atas temuan formalin kepada makanan & buah-buahan yg dipasarkan di pasar mutakhir. Menurut beliau, formalin benar-benar tidak jarang difungsikan pembuat & distributor buat mengawetkan makanan. Pengawetan memakai bahan berbahaya ini, tuturnya yakni modus umum bagi pedagang yg mau menekan kerugian. "Makanan yg diduga mengandung formalin bisa jadi ditemukan di pasar mutakhir atau swalayan," ucap Dewi. Beliau tentukan formalin pun masihlah ditemukan kepada bahan makanan & buah-buahan yg dipasarkan di pasar tradisional.

Ia meneruskan, pengujian yg dilakukan lembaganya menemukan tahu juga sebagai type makanan yg paling tidak jarang mengandung formalin. Tahu, jelasnya, adalah tipe makanan yg serta-merta membusuk maka butuh ditambahi pengawet buatan. Sesudah tahu, Balai Akbar POM Jakarta pula menemukan mi & bakso sbg makanan yg kerap didapati mengandung formalin.

Dokter forensik sekaligus pengajar dari Kampus Indonesia Djaja Surya Atmadja menyampaikan formalin yakni bahan kimia yg bersifat korosif. Organ badan yg terpapar zat ini dapat serta-merta rusak maka tak mampu berfungsi normal. Mengonsumsi formalin dalam jangka panjang dapat memicu kelainan perkembangbiakan sel. Menurut dirinya, formalin didapati bersifat karsinogenik. "Jika dimakan dalam kala panjang bakal menyebabkan kanker," kata Djaja.

Beliau menyampaikan, tidak sedikit type kanker yg mampu dipicu formalin. Di antaranya kanker hidung, kulit, otak, & usus. Ialah kanker usus yg disebutnya yang merupakan penyakit yg paling tidak sedikit diderita orang yg mengonsumsi formalin.

Djaja menunjukkan resiko formalin kepada organ dgn mengambil sample liver manusia yg sudah direndam formalin. Potongan hati seukuran jempol kaki orang dewasa itu berwarna hitam & keras. Menurut beliau, pengerasan itu berlangsung dikarenakan formalin bereaksi dgn protein yg ada di dalam hati. Reaksi tersebut, jelasnya, menyebabkan gumpalan protein yg selanjutnya mengeraskan organ. "Organ-organ yg terpapar formalin bakal mengalami kejadian yg sama," ujarnya.

Menurut Djaja, ilmu kedokteran sampai kala ini belum sanggup membalikkan proses penggumpalan protein oleh formalin tersebut. Akibatnya, pengerasan organ badan akibat formalin bersifat permanen.

Tertata rapi dalam lemari es, anggur yg dijajakan satu buah pasar swalayan terkenal di kawasan Jakarta Selatan menarik perhatian. Kemasan plastik yg membalut buah anggur tersebut seperti menjamin kehigienisan buah impor tersebut.

Tim Liputan6.com membeli sebungkus anggur tersebut. Pasar swalayan membanderol anggur seberat nyaris 0,5 kilogram itu seharga Rupiah 70.000. Kasir swalayan membubuhkan label 'fresh' terhadap bungkus anggur buat yang merupakan jaminan kesegaran buah. Belakangan pengujian Balai Akbar POM membuktikan anggur tersebut mengandung formalin.

Pengetesan yg sama oleh Balai Akbar POM Jakarta menunjukkan anggur yg diambil dari pasar swalayan lain tak mengandung formalin. Tim Liputan6.com tak menemukan perbedaan diwaktu membandingkan fisik & bau dua contoh tersebut.

Kepala Balai Agung POM Jakarta Dewi Prawitasari mengemukakan formalin terhadap anggur kebanyakan masuk ke dalam pori buah maka lebih sulit buat diperiksa tekstur & baunya. Formalin kepada pori buah inilah, menurutnya, yg susah dibersihkan biarpun tiap-tiap pelanggan membilas anggur sebelum dikonsumsi.

Dirinya membandingkannya dgn formalin kepada tahu yg menyebar merata dalam semua adonan. Menurut beliau, formalin kepada tahu mampu dilacak dgn penciuman. Tahu berformalin rata-rata mempunyai bau kimia yg kuat. Sedangkan tahu yg bebas formalin mengeluarkan bau segar khas kedelai. Tahu berformalin pun mengalami perubahan tekstur jadi lebih kenyal.

Dokter forensik sekaligus pengajar dari Kampus Indonesia Djaja Surya Atmadja memberikan cara yg sama utk periksa kandungan formalin kepada tahu. Menurut dirinya, tekstur kenyal condong keras terhadap tahu dapat jadi indikator keberadaan formalin. Tahu yg tak membusuk & berbau sesudah dibiarkan lebih dari 6 jam kepada suhu kamar serta mengindikasikan adanya cemaran formalin.

Tim Liputan6.com menguji tahu yg dipasarkan di pasar tradisional memakai media uji seperti yg dipakai Balai Agung POM Jakarta. Contoh tahu yg dikumpulkan dari tiga pasar tradisional di Jakarta Selatan menunjukkan keberadaan formalin--ditunjukkan bersama perubahan warna sample jadi ungu saat dicampur cairan pengujian. Tahu berformalin itu bertekstur keras & berbau khas zat kimia.

Balai Agung POM Jakarta teratur mengirimkan mobil laboratorium keliling ke sekolah-sekolah. Pengujian arena lapang di salah satu sekolah basic di Jakarta Selatan menunjukkan formalin pun tetap beredar di jajanan utk anak-anak.

Deputi Sektor Pengawasan Keamanan Pangan & Bahan Berbahaya Tubuh POM Suratmono menyampaikan berjalan penurunan temuan pencemaran makanan oleh zat berbahaya seperti formalin. Menurut beliau, tingkat pencemaran bahan berbahaya dengan cara nasional terhadap 2010 mencapai 45 %. Tubuh POM mengkategorikan makanan tercemar ini sbg makanan tak memenuhi syarat. Th dulu, level pencemaran itu menurun jadi 23 prosen. "Penyalahgunaan bahan berbahaya (seperti formalin) lebih kurang 4-6 prosen," jelasnya disaat ditemui di Jakarta, Kamis, 18 Pebruari 2016.

Menurut ia, penurunan temuan pencemaran formalin itu berjalan di seluruhnya propinsi. Tapi, dirinya menyatakan DKI Jakarta masihlah jadi daerah bersama temuan paling tinggi di Indonesia.

Tubuh POM, Suratmono memaparkan, menggalakkan acara 'pasar aman' di seluruhnya Indonesia. Acara ini mengawasi 77 pasar yg dipilih yang merupakan pasar percontohan yg bebas makanan tak memenuhi syarat. Di Jakarta terdapat 5 pasar percontohan ini.

Kepala Balai Akbar POM Jakarta Dewi Prawitasari membenarkan terjadinya penurunan temuan makanan berformalin di lima pasar percontohan. Data Balai Agung POM menunjukkan level makanan tak memenuhi syarat mencapai 23,2 prosen terhadap 2013. Angka ini menurun jadi 14,8 prosen terhadap 2015.

Ihwal posisi DKI Jakarta yang merupakan pemuncak propinsi bersama tingkat pencemaran formalin & zat berbahaya, dirinya beralasan dikarenakan Balai Gede POM DKI Jakarta sangat sering jalankan pengujian ke pasar. Tingginya frekuensi pengujian itu, jelasnya, menyebabkan lebih tidak sedikit temuan di arena lapang. "Setiap minggu kami mengirimkan laboratorium bergerak ke pasar-pasar," ucap Dewi. 

Related Posts

Beredar Info Pengawet Mayat diDalam Mie
4/ 5
Oleh